Muslim Rasyid yang baru saja
menghadiri rapat komite AMDAL Provinsi Riau, terkaget ketika dia di toilet ada
seorang pria menyodorkan dia sebuah amplop berisi uang setebal 2 bungkus rokok.
Namun sudah berkali-kali ditolaknya pria itu tetap memaksa atas perintah
bosnya, karena sangat terdesak Muslim kemudian membuka pintu toilet dan
sekumpulan orang diluar melihat kedalam dan pria itupun menarik amplop yang
disodorkannya. Posisi Jikalahari sebagai “Anjing Pengawas” kerap menjadi
sasaran penyuapan perusahaan-perusahaan kehutanan. Selain dihujani tawaran
uang, aktivis jikalahari kerap menerima terror ancaman. Jikalahari lahir ketika
perusahaan-perusahaan kayu di Riau mengadakan ekspansi besar-besaran pada awal
2000-an, pada 26 Februari 2002. Sebanyak 29 lembaga swadaya, termasuk 7
organisasi mahasiswa pecinta alam, bergabung dengan jaringan itu.
Tidak ada ikatan hierarkis antara
Jikalahari dan lembaga-lembaga anggotanya. Program kerjanya diselaraskan dan
dibahas bersama, tiap lembaga masih punya otonomi manjalankan program
sendiri. Banyak yang sudah dilakukan
Jikalahari, hasil kerjanya terlihat dengan melambatnya ekspansi penggundulan
hutan. Laporan mereka tentang aktivitas pembalak liar juga di respons polisi.
Puncaknya pada tahun 2007 ketika kepolisian Riau menggetok 2 perusahaanbubur
kertas terbesar, Riau Andalan dan PT Indah Kiat Pulp & Paper. Sebanyak 136
tersangka dari 2 peruahaan dan anak perusahaan di tangkap.
Namun perubahan kepemimpinan di
kepolisian setempat, mengeluarkan surat perintah penghentian penyidikan
terhadap 13 dari 14 perusahaan yang diduga terlibat pembalakan liar pada
Desember 2008. Meski dihadang surat penghentian semangat Jikalahari tak surut,
mereka masih berupaya memperkarakan masalah tersebut. Satu-satunya yang
digiring sampai ke pengadilan adalah PT Ruas Utama Jaya, anak perusahaan Indah
Kiat. Para aktivis jaringan juga rajin ke desa-desa mengadvokasi warga
memberikan pelatihan mengolah hutan dan menyadarkan hak mereka. Jikalahari
mendapat dana Rp 2,4 miliar dari USAID dan siemenpun. Dana di gunakan untuk
sejumlah program dan diaudit oleh lembaga independen yang ditunjuk donator.
Mengelola dana jumbo tak lantas membuat aktivisnya hidup berkelimpahan, tak ada
yang berubah. Bahkan beberapa aktivis terpaksa keluar dari jaringan itu karena
dorongan kebutuhan ekonomi.
Pendapat : bisa kita ketahui bersama bagaimana para kelakuan para koruptor, mereka tak mau kesalahan mereka terbongkar atau di usuk oleh siapapun sehingga mereka melakukan sogokan sogokan kepada orang tertentu. beruntung saja lembaga antikorupsi ini tidak terpengaruh ataupun tergiur meskipun mereka pun mengalami kekurangan dalam ekonomi. mereka tetap pada tujuan organisasinya. meskinya orang-orang seperti inilah yang patut kita contoh demi menjaga dan membersihkan negara ini dari para koruptor.
No comments:
Post a Comment